Teleskop Luar Angkasa Hubble: Jendela Ilmiah Menuju Alam Semesta

Teleskop Luar Angkasa Hubble: Jendela Ilmiah Menuju Alam Semesta

ucebidmaster.com, 14 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

 

 

 

Teleskop Luar Angkasa Hubble (Hubble Space Telescope, HST) adalah salah satu instrumen ilmiah paling revolusioner dalam sejarah astronomi, yang telah mengubah cara manusia memahami alam semesta selama lebih dari tiga dekade. Diluncurkan pada 24 April 1990 oleh NASA dengan kontribusi signifikan dari European Space Agency (ESA), Hubble adalah teleskop optik pertama yang beroperasi di orbit Bumi rendah, bebas dari distorsi atmosfer Bumi. Dengan kemampuan mengamati dalam spektrum ultraviolet, cahaya tampak, dan inframerah dekat, Hubble telah menghasilkan gambar-gambar ikonik dan data ilmiah yang mendukung penemuan tentang pembentukan galaksi, evolusi bintang, planet ekstrasurya, dan perluasan alam semesta. Artikel ini menguraikan secara mendetail sejarah pengembangan, spesifikasi teknis, misi ilmiah, kontribusi ilmiah, tantangan, misi servis, serta prospek masa depan Hubble hingga tahun 2025.

1. Sejarah Pengembangan Hubble

    Teleskop Luar Angkasa Hubble - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia  bebas      

1.1. Konsep Awal

Ide untuk menempatkan teleskop di luar angkasa pertama kali muncul pada tahun 1923, ketika astronom Jerman Hermann Oberth mengusulkan bahwa teleskop di orbit dapat menghindari gangguan atmosfer Bumi. Konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh astrophysicist Amerika Lyman Spitzer pada tahun 1946, yang menulis makalah berjudul Astronomical Advantages of an Extraterrestrial Observatory. Spitzer berargumen bahwa teleskop luar angkasa dapat mengamati spektrum ultraviolet dan inframerah yang diserap oleh atmosfer, serta menghasilkan gambar dengan resolusi jauh lebih tinggi.

Pada tahun 1970-an, NASA mulai merancang Large Space Telescope (LST), yang kemudian dinamai Hubble untuk menghormati astronom Amerika Edwin Hubble, yang membuktikan perluasan alam semesta dan mengklasifikasikan galaksi. Proyek ini merupakan kolaborasi antara NASA dan ESA, dengan ESA menyediakan panel surya dan instrumen Faint Object Camera sebagai imbalan atas 15% waktu pengamatan.

1.2. Pengembangan dan Pembiayaan

Pengembangan Hubble dimulai pada tahun 1977, dengan kontrak utama diberikan kepada Lockheed Martin untuk membangun struktur satelit dan Perkin-Elmer untuk merancang cermin utama. Proyek ini menghadapi tantangan besar, termasuk kenaikan biaya dari estimasi awal $400 juta menjadi $2,5 miliar pada tahun 1990, serta penundaan akibat masalah teknis dan kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger pada 1986.

Cermin utama Hubble, berdiameter 2,4 meter, dipoles dengan presisi luar biasa untuk mencapai resolusi optik 0,1 arcsecond, tetapi kemudian ditemukan memiliki cacat optik (spherical aberration) akibat kesalahan manufaktur. Meskipun demikian, Hubble berhasil diluncurkan pada 24 April 1990 menggunakan pesawat ulang-alik Discovery (misi STS-31) ke orbit Bumi rendah pada ketinggian sekitar 547 km.

1.3. Penamaan dan Filosofi

    Hubble Space Telescope celebrated 25 years on | Science and Technology News  | Al Jazeera      

Nama “Hubble” dipilih untuk menghormati kontribusi Edwin Hubble, yang pada tahun 1920-an menemukan bahwa galaksi-galaksi menjauh satu sama lain, membuktikan bahwa alam semesta sedang mengembang. Filosofi proyek ini adalah untuk menyediakan platform observasi jangka panjang yang dapat diperbarui melalui misi servis, memungkinkan Hubble tetap relevan secara teknologi selama puluhan tahun.

2. Spesifikasi Teknis

2.1. Struktur dan Dimensi

  • Dimensi: Panjang 13,2 meter, diameter maksimum 4,2 meter.

  • Berat: 11.110 kg saat peluncuran, meningkat menjadi 12.247 kg setelah misi servis terakhir (2009).

  • Orbit: Orbit Bumi rendah (Low Earth Orbit, LEO) pada ketinggian 547 km, inklinasi 28,5 derajat, periode orbit 95–97 menit.

  • Struktur: Badan utama berbentuk silinder, terdiri dari aluminium dengan lapisan isolasi termal multi-layer untuk menjaga suhu operasional.

2.2. Sistem Optik

  • Cermin Utama: Diameter 2,4 meter, terbuat dari kaca silika berlapis aluminium dan magnesium fluorida, dengan akurasi permukaan hingga 1/20 panjang gelombang cahaya tampak.

  • Cermin Sekunder: Diameter 0,3 meter, mengarahkan cahaya ke instrumen ilmiah.

  • Desain Optik: Teleskop tipe Ritchey-Chrétien Cassegrain, dengan panjang fokus 57,6 meter dan rasio f/24.

  • Resolusi: 0,05 arcsecond pada cahaya tampak, memungkinkan pengamatan detail seperti pemisahan bintang dalam galaksi jauh.

2.3. Instrumen Ilmiah

Hubble dilengkapi dengan berbagai instrumen yang diperbarui selama misi servis. Instrumen aktif hingga 2025 meliputi:

  • Wide Field Camera 3 (WFC3): Dipasang pada 2009, mengamati dalam spektrum ultraviolet, cahaya tampak, dan inframerah dekat (200–1700 nm). Digunakan untuk memetakan galaksi jauh dan planet ekstrasurya.

  • Advanced Camera for Surveys (ACS): Dipasang pada 2002, dioptimalkan untuk cahaya tampak (350–1100 nm), digunakan untuk survei kosmik seperti Hubble Ultra Deep Field.

  • Cosmic Origins Spectrograph (COS): Dipasang pada 2009, menganalisis spektrum ultraviolet (115–320 nm) untuk mempelajari materi antargalaksi dan atmosfer planet.

  • Space Telescope Imaging Spectrograph (STIS): Dipasang pada 1997, mengamati spektrum ultraviolet hingga inframerah dekat (115–1030 nm), berguna untuk analisis lubang hitam dan bintang masif.

  • Fine Guidance Sensors (FGS): Tiga sensor untuk menjaga orientasi teleskop dengan akurasi 0,007 arcsecond, juga digunakan untuk astrometri.

2.4. Sistem Pendukung

  • Daya: Dua panel surya (buatan ESA) menghasilkan 2.800 watt, disimpan dalam baterai nikel-hidrogen.

  • Navigasi: Enam giroskop, sensor matahari, dan magnetometer untuk orientasi. Sistem reaction wheel mengontrol arah tanpa bahan bakar.

  • Komunikasi: Antena frekuensi tinggi untuk mengirim data melalui Tracking and Data Relay Satellite System (TDRSS) ke STScI di Baltimore, Maryland.

  • Komputer: Komputer utama berbasis Intel 80486 (diperbarui pada 2009) mengelola operasi dan pengolahan data.

3. Misi Ilmiah dan Operasi

    Teleskop Hubble Pecahkan Rekor, Bisa Beroperasi Selama 31,7 Tahun di Luar  Angkasa      

3.1. Tujuan Ilmiah

Hubble dirancang untuk menjawab pertanyaan fundamental astronomi, termasuk:

  • Mengukur laju ekspansi alam semesta melalui konstanta Hubble.

  • Memetakan pembentukan dan evolusi galaksi sejak Big Bang.

  • Mempelajari pembentukan bintang, kematian bintang, dan sistem planet.

  • Mengamati fenomena kosmik seperti lubang hitam, kuasar, dan lensa gravitasi.

3.2. Operasi Harian

Hubble dikelola oleh Space Telescope Science Institute (STScI) di Baltimore, dengan dukungan dari Goddard Space Flight Center NASA. Operasi melibatkan:

  • Pengamatan: Proposal pengamatan diajukan oleh astronom global, dievaluasi berdasarkan merit ilmiah. Setiap tahun, sekitar 20.000 pengamatan dilakukan, menghasilkan 20–30 terabyte data.

  • Orbit dan Pengarahan: Hubble mengorbit Bumi setiap 97 menit, menghabiskan sekitar 50 menit per orbit di sisi terang dan 47 menit di bayangan Bumi. Pengarahan dilakukan dengan presisi untuk menangkap target hingga miliaran tahun cahaya.

  • Data: Gambar dan spektra dikirim ke Bumi, diarsipkan di Mikulski Archive for Space Telescopes (MAST), dan tersedia untuk penelitian global.

3.3. Spektrum Pengamatan

Hubble unggul dalam mengamati tiga rentang spektrum:

  • Ultraviolet (115–320 nm): Mengamati bintang panas, kuasar, dan atmosfer planet.

  • Cahaya Tampak (350–700 nm): Menghasilkan gambar ikonik galaksi, nebula, dan planet.

  • Inframerah Dekat (800–1700 nm): Melihat melalui debu kosmik untuk mempelajari pembentukan bintang dan galaksi jauh.

Keunggulan Hubble dibandingkan teleskop darat adalah kemampuannya menghindari distorsi atmosfer, memberikan resolusi 10 kali lebih baik dan sensitivitas 50 kali lebih besar.

4. Kontribusi Ilmiah Hubble

    Teleskop Hubble Temukan Bulan Kelima Planet Pluto - TribunNews.com      

Hubble telah menghasilkan lebih dari 1,5 juta pengamatan dan 18.000 makalah ilmiah hingga 2025, dengan beberapa penemuan utama meliputi:

4.1. Ekspansi Alam Semesta

  • Konstanta Hubble: Pengamatan supernova tipe Ia pada 1990-an membantu menyempurnakan nilai konstanta Hubble (sekitar 70 km/s/Mpc), mengkonfirmasi bahwa alam semesta mengembang dengan akselerasi akibat energi gelap.

  • Energi Gelap: Data Hubble berkontribusi pada penemuan energi gelap, yang menyumbang ~68% massa-energi alam semesta, memenangkan Hadiah Nobel Fisika 2011 untuk tim peneliti.

4.2. Pembentukan Galaksi

  • Hubble Deep Field (HDF) dan Ultra Deep Field (HUDF): Gambar-gambar ini, diambil pada 1995 dan 2003–2004, menunjukkan ribuan galaksi hingga 13 miliar tahun cahaya, mengungkap evolusi galaksi sejak 500 juta tahun setelah Big Bang.

  • Lensa Gravitasi: Hubble memetakan efek lensa gravitasi, memperkuat cahaya galaksi jauh untuk mempelajari struktur awal alam semesta.

4.3. Sistem Planet dan Exoplanet

  • Planet Tata Surya: Hubble mengamati atmosfer Jupiter, badai di Saturnus, dan cincin Uranus, serta menangkap gambar komet Shoemaker-Levy 9 yang menabrak Jupiter pada 1994.

  • Exoplanet: Hubble mendeteksi atmosfer exoplanet seperti HD 209458b melalui spektroskopi transit, menemukan uap air dan metana. Pada 2020-an, Hubble membantu karakterisasi exoplanet dalam zona layak huni.

4.4. Bintang dan Nebula

  • Pembentukan Bintang: Gambar ikonik seperti Pillars of Creation di Nebula Elang (M16) menunjukkan proses kelahiran bintang dalam pilar gas dan debu.

  • Supernova: Hubble mempelajari sisa-sisa supernova seperti Crab Nebula, memberikan wawasan tentang siklus hidup bintang masif.

4.5. Lubang Hitam

Hubble mengkonfirmasi keberadaan lubang hitam supermasif di pusat galaksi seperti M87, dengan pengamatan pada 1990-an menunjukkan pergerakan gas berkecepatan tinggi di sekitar pusat galaksi. Pada 2019, Hubble mendukung pengamatan Event Horizon Telescope untuk menghasilkan gambar pertama lubang hitam.

4.6. Gambar Ikonik

Gambar-gambar seperti Eagle Nebula, Sombrero Galaxy, dan Hubble Ultra Deep Field tidak hanya memiliki nilai ilmiah tetapi juga menginspirasi publik, memperkuat dukungan terhadap eksplorasi ruang angkasa.

5. Tantangan Teknis

5.1. Cacat Cermin Utama

Setelah peluncuran, ditemukan bahwa cermin utama Hubble memiliki spherical aberration, menyebabkan gambar buram. Cacat ini akibat kesalahan pemolesan oleh Perkin-Elmer, dengan deviasi permukaan hanya 2,2 mikrometer tetapi berdampak signifikan. Masalah ini diperbaiki pada misi servis pertama (1993) dengan pemasangan Corrective Optics Space Telescope Axial Replacement (COSTAR) dan penggantian instrumen.

5.2. Masalah Giroskop

Hubble bergantung pada enam giroskop untuk orientasi. Pada Oktober 2018, kegagalan giroskop keempat memaksa Hubble masuk ke safe mode. NASA berhasil mengaktifkan giroskop cadangan, tetapi pada 2024–2025, hanya tiga giroskop yang berfungsi, dengan operasi dalam one-gyro mode sejak Juni 2024 untuk memperpanjang umur misi. Mode ini mengurangi efisiensi pengamatan tetapi tetap memungkinkan ilmu pengetahuan berkualitas tinggi.

5.3. Degradasi Orbit

Tanpa dorongan propulsi, orbit Hubble perlahan meluruh akibat gesekan atmosfer. Pada 2025, ketinggian orbitnya sekitar 500 km, turun dari 547 km saat peluncuran. NASA memperkirakan Hubble akan masuk kembali ke atmosfer Bumi antara 2030–2034 tanpa intervensi. Rencana seperti misi Polaris (dipimpin oleh Jared Isaacman) dipertimbangkan untuk meningkatkan orbit atau mengembalikan Hubble ke Bumi.

5.4. Penuaan Komponen

Baterai, panel surya, dan komputer Hubble menunjukkan tanda-tanda penuaan. Meskipun diperbarui pada 2009, komponen ini mendekati batas umur desain, meningkatkan risiko kegagalan sistem.

6. Misi Servis

Hubble dirancang untuk dapat diservis di orbit, sebuah inovasi yang memungkinkannya tetap mutakhir. Lima misi servis dilakukan menggunakan pesawat ulang-alik:

  • SM1 (1993, STS-61): Memasang COSTAR untuk memperbaiki cacat cermin dan mengganti panel surya.

  • SM2 (1997, STS-82): Memasang STIS dan NICMOS (Near Infrared Camera and Multi-Object Spectrometer), meningkatkan kemampuan inframerah.

  • SM3A (1999, STS-103): Mengganti giroskop yang gagal dan memperbarui komputer.

  • SM3B (2002, STS-109): Memasang ACS dan panel surya baru.

  • SM4 (2009, STS-125): Memasang WFC3 dan COS, memperbaiki STIS dan ACS, serta mengganti baterai dan giroskop. Ini adalah misi servis terakhir karena pensiunnya program pesawat ulang-alik pada 2011.

Misi servis ini menelan biaya miliaran dolar tetapi memperpanjang umur Hubble hingga jauh melampaui desain awal 15 tahun.

7. Masa Depan Hubble

7.1. Operasi Hingga 2025

Pada Juni 2025, Hubble tetap beroperasi meskipun dengan keterbatasan. Dengan one-gyro mode, NASA memperkirakan Hubble dapat melanjutkan pengamatan ilmiah hingga akhir dekade ini. Prioritas pengamatan meliputi kolaborasi dengan James Webb Space Telescope (JWST) untuk mempelajari galaksi awal, exoplanet, dan fenomena kosmik seperti lubang hitam.

7.2. Rencana Akhir Misi

NASA sedang mengevaluasi opsi akhir misi Hubble:

  • Reentry Terkontrol: Menggunakan pesawat ruang angkasa untuk mengarahkan Hubble ke Samudra Pasifik, meminimalkan risiko puing.

  • Boost Orbit: Misi seperti Polaris, diusulkan pada 2024 oleh Jared Isaacman, dapat meningkatkan orbit Hubble hingga 600 km, memperpanjang umur hingga 2040-an. Namun, NASA pada Oktober 2024 menyatakan bahwa misi ini memiliki risiko teknis tinggi.

  • Pensiun Alami: Tanpa intervensi, Hubble akan meluruh dan masuk kembali ke atmosfer sekitar 2030–2034, dengan risiko kecil puing mencapai daratan.

7.3. Warisan dan Pengganti

Hubble telah digantikan sebagian oleh James Webb Space Telescope (diluncurkan 2021), yang unggul dalam pengamatan inframerah untuk galaksi awal. Namun, Hubble tetap relevan untuk pengamatan ultraviolet dan cahaya tampak, yang tidak dapat dilakukan JWST. Teleskop masa depan seperti Nancy Grace Roman Space Telescope (rencana peluncuran 2027) akan melanjutkan warisan Hubble dengan survei langit yang lebih luas.

8. Dampak Budaya dan Publik

Hubble tidak hanya memajukan ilmu pengetahuan tetapi juga menginspirasi publik global. Gambar-gambarnya digunakan dalam buku, film, dan media, memperkuat minat terhadap astronomi. Program seperti Hubble Heritage Project merilis gambar estetis untuk edukasi publik. Data Hubble tersedia secara terbuka melalui MAST, memungkinkan penelitian oleh astronom amatir dan profesional.

Hubble juga memengaruhi kebijakan ruang angkasa, menunjukkan pentingnya investasi jangka panjang dalam misi ilmiah. Biaya total misi hingga 2025 (termasuk servis) diperkirakan mencapai $16 miliar, tetapi manfaat ilmiah dan budayanya dianggap jauh lebih besar.

9. Tantangan dan Pelajaran

9.1. Tantangan

  • Biaya Tinggi: Kenaikan biaya awal dan misi servis memicu kritik terhadap efisiensi proyek.

  • Kegagalan Awal: Cacat cermin utama merusak reputasi NASA hingga diperbaiki pada 1993.

  • Ketergantungan Pesawat Ulang-alik: Pensiunnya program ulang-alik membatasi kemampuan servis di masa depan.

9.2. Pelajaran

  • Desain Modular: Kemampuan servis Hubble menjadi model untuk satelit ilmiah masa depan.

  • Kolaborasi Internasional: Kemitraan NASA-ESA menunjukkan pentingnya kerja sama global.

  • Ketangguhan: Keberhasilan mengatasi cacat awal menegaskan nilai inovasi dan ketekunan.

10. Kesimpulan

Teleskop Luar Angkasa Hubble adalah monumen keberhasilan ilmiah dan teknologi manusia, yang telah membuka jendela baru untuk memahami alam semesta. Dari penemuan energi gelap hingga gambar galaksi awal, Hubble telah menghasilkan warisan yang tak ternilai dalam astronomi. Meskipun menghadapi tantangan seperti cacat cermin, kegagalan giroskop, dan penuaan komponen, misi servis dan inovasi operasional telah memperpanjang umurnya hingga 2025 dan seterusnya. Dengan kolaborasi antara NASA, ESA, dan komunitas ilmiah global, Hubble terus memberikan data berharga yang melengkapi teleskop modern seperti JWST. Di masa depan, apakah Hubble kembali ke Bumi atau tetap di orbit sebagai mercusuar ilmu pengetahuan, warisannya akan terus menginspirasi generasi untuk menjelajahi misteri kosmos.

Sumber Referensi

BACA JUGA: Panduan Lengkap Travelling ke Republik Ceko untuk Wisatawan Indonesia

BACA JUGA : Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Penduduk Republik Ceko: Analisis Mendalam

BACA JUGA : Seni dan Tradisi Negara Republik Ceko: Warisan Budaya yang Kaya dan Beragam