Eksplorasi planet Merkurius: Misi Antariksa dan Penemuan Ilmiah

Eksplorasi planet Merkurius: Misi Antariksa dan Penemuan Ilmiah

ucebidmaster.com, 26 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88  

Merkurius, planet terdekat dengan Matahari dan terkecil di tata surya, adalah dunia ekstrem yang penuh misteri. Dengan suhu permukaan yang bervariasi dari -173°C hingga 427°C dan tanpa atmosfer signifikan, Merkurius tidak dapat mendukung kehidupan manusia atau pendaratan langsung (science.nasa.gov). Oleh karena itu, tidak ada orang pertama yang sampai di Merkurius, dan eksplorasi dilakukan melalui misi antariksa tak berawak. Hingga Mei 2025, hanya dua misi NASA—Mariner 10 (1974–1975) dan MESSENGER (2011–2015)—yang telah mengunjungi Merkurius, sementara misi BepiColombo (ESA dan JAXA) sedang menuju planet ini untuk orbit pada Desember 2025 (esa.int). Misi-misi ini telah mengungkap penemuan penting, seperti inti besi besar, es air di kutub, dan medan magnet yang tidak terduga. Artikel ini menyajikan panduan lengkap tentang eksplorasi Merkurius, tantangan teknis, penemuan ilmiah utama, dan prospek masa depan, berdasarkan sumber terpercaya seperti planetary.org, smithsonianmag.com, dan nasa.gov.

Konteks Eksplorasi Merkurius

Planet Terkecil Adalah Merkurius: Fakta Unik dan Karakteristik - Feeds  Liputan6.com

Merkurius telah dikenal sejak zaman kuno sebagai salah satu dari lima planet yang terlihat dengan mata telanjang (coolcosmos.ipac.caltech.edu). Catatan tertua berasal dari Sumeria sekitar 3000 SM, dengan Babilonia menyebutnya Nabu (universetoday.com). Orang Yunani kuno menamainya Apollo di pagi hari dan Hermes di sore hari, sebelum menyadari keduanya adalah planet yang sama pada abad ke-4 SM (planetfacts.org). Nama “Merkurius” diberikan oleh Romawi, merujuk pada dewa pembawa pesan karena pergerakannya yang cepat di langit (nhm.ac.uk).

Observasi teleskopik dimulai pada abad ke-17 oleh Galileo Galilei dan Thomas Harriot, dengan Pierre Gassendi mencatat transit Merkurius melintasi Matahari pada 1631 (britannica.com). Namun, karena kedekatannya dengan Matahari, Merkurius sulit diamati dari Bumi, sering terhalang oleh silau Matahari (esa.int). Eksplorasi modern bergantung pada misi antariksa, yang menghadapi tantangan besar:

  • Kecepatan Tinggi: Merkurius mengorbit Matahari dengan kecepatan 48 km/detik, membutuhkan bahan bakar besar untuk memperlambat wahana (planetary.org).

  • Gravitasi Matahari: Kedekatan dengan Matahari mempercepat wahana, menyulitkan masuk orbit stabil (esa.int).

  • Kondisi Ekstrem: Suhu tinggi dan radiasi matahari menuntut teknologi tahan panas (nasa.gov).

Hingga 2025, hanya Mariner 10 dan MESSENGER yang memberikan data langsung, dengan BepiColombo diharapkan melengkapi penemuan (en.wikipedia.org).

Misi Antariksa ke Merkurius

1. Mariner 10 (1973–1975) Sejarah Hari Ini, Mariner 10 Jadi Pesawat Luar Angkasa Pertama yang Terbang  ke Merkurius

Mariner 10, diluncurkan NASA pada 3 November 1973, adalah wahana pertama yang mengunjungi Merkurius (nasa.gov). Menggunakan teknik gravity assist pertama kali melalui Venus, wahana ini melakukan tiga flyby Merkurius pada 29 Maret 1974, 21 September 1974, dan 16 Maret 1975 (planetary.org). Karena orbitnya, Mariner 10 hanya memetakan 45% permukaan planet (coolcosmos.ipac.caltech.edu).

Penemuan Utama:

  • Permukaan Mirip Bulan: Mariner 10 mengungkap permukaan penuh kawah, termasuk cekungan Caloris Planitia, hasil tabrakan besar (britannica.com).

  • Medan Magnet: Secara mengejutkan, Merkurius memiliki medan magnet lemah, yang tidak diharapkan untuk planet kecil (smithsonianmag.com).

  • Eksosfer Tipis: Ditemukan eksosfer dengan hidrogen, helium, dan oksigen (windows2universe.org).

Mariner 10 kehabisan bahan bakar pada Maret 1975, mengakhiri misi setelah mengirim 10.000 gambar (windows2universe.org).

2. MESSENGER (2004–2015) Pesawat Luar Angkasa Messenger Mengakhiri Misi Merkurius - Luar Angkasa

MESSENGER (MErcury Surface, Space ENvironment, GEochemistry, and Ranging), diluncurkan pada 3 Agustus 2004, adalah wahana pertama yang mengorbit Merkurius pada 18 Maret 2011 (nasa.gov). Setelah tiga flyby (2008–2009), MESSENGER memetakan 100% permukaan planet dan mengumpulkan 100.000 gambar (en.wikipedia.org).

Penemuan Utama:

  • Inti Besi Besar: Inti Merkurius menyusun 60% volumenya, menjadikannya planet terpadat kedua setelah Bumi (smithsonianmag.com).

  • Es Air di Kutub: Pada 2012, MESSENGER menemukan es air di kawah kutub yang selalu teduh (nasa.gov).

  • Eksosfer Dinamis: Ditemukan ion seperti O+, OH−, dan H3O+, menunjukkan molekul air terlepas dari permukaan (en.wikipedia.org).

  • Karbon di Permukaan: Studi 2016 mengindikasikan karbon di permukaan berasal dari kerak purba, bukan komet (space.com).

  • Medan Magnet Asimetris: Medan magnet lebih kuat di belahan utara, mungkin karena inti meleleh (space.com).

MESSENGER sengaja dihantamkan ke permukaan Merkurius pada 30 April 2015, meninggalkan kawah berdiameter 16 meter (en.wikipedia.org).

3. BepiColombo (2018–Sekarang) BepiColombo Selesaikan Lintasan Keenam di Merkurius Menguak Misteri Planet  Terkecil

BepiColombo, misi gabungan ESA dan JAXA, diluncurkan pada 20 Oktober 2018, dengan rencana orbit Merkurius pada Desember 2025 (esa.int). Terdiri dari dua wahana—Mercury Planetary Orbiter (MPO) dan Mercury Magnetospheric Orbiter (MMO)—misi ini telah melakukan enam flyby Merkurius hingga 2025 (planetary.org). BepiColombo dirancang untuk melengkapi data MESSENGER dengan instrumen canggih (en.wikipedia.org).

Tujuan Utama:

  • Memetakan komposisi mineral permukaan.

  • Mempelajari magnetosfer dan eksosfer.

  • Menyelidiki asal-usul inti besar Merkurius (nhm.ac.uk).

Hingga Mei 2025, BepiColombo masih dalam perjalanan, dengan data awal dari flyby menunjukkan detail baru tentang eksosfer (esa.int).

Penemuan Ilmiah Utama di Merkurius

Berdasarkan smithsonianmag.com, space.com, dan planetary.org, berikut adalah penemuan rinci dari misi ke Merkurius:

  1. Inti Besi Besar dan Densitas Tinggi: Bukti Merkurius Memiliki Inti Padat - Astronomi News

    • Merkurius memiliki inti besi dengan radius 2.074 km, sekitar 85% radius planet (science.nasa.gov). Ini menjadikannya empat kali lebih masif dibandingkan Bulan meski berdiameter serupa (smithsonianmag.com).

    • Teori: Merkurius mungkin kehilangan lapisan luar akibat tabrakan besar atau radiasi Matahari purba (planetary.org). Studi 2016 menyarankan inti besar ini terbentuk sejak awal (space.com).

  2. Es Air di Kawah Kutub: Es di Kutub Utara Merkurius

    • Meski dekat Matahari, kawah di kutub Merkurius yang selalu teduh memiliki es air (nasa.gov). MESSENGER mendeteksi es di kutub utara pada 2012, kemungkinan berasal dari komet atau sublimasi internal (en.wikipedia.org).

    • Kutub selatan mungkin juga memiliki es, tetapi orbit MESSENGER membatasi observasi (space.com).

  3. Medan Magnet dan Magnetosfer: Magnetosfer - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

    • Mariner 10 menemukan medan magnet lemah, sekitar 1% kekuatan Bumi (smithsonianmag.com). MESSENGER mengungkap magnetosfer yang “bocor”, dengan “tornado magnetik” lebar 800 km (en.wikipedia.org).

    • Medan magnet asimetris, lebih kuat di utara, menunjukkan inti sebagian cair (space.com).

  4. Eksosfer Tipis dan Komposisi Kimia:

    • Merkurius memiliki eksosfer dengan hidrogen, helium, oksigen, natrium, kalium, kalsium, dan magnesium (en.wikipedia.org). Natrium dan kalium berasal dari vaporisasi batuan akibat mikrometeorit (planetary.org).

    • Ion air (O+, OH−, H3O+) mengejutkan ilmuwan, menunjukkan proses pelepasan molekul oleh angin matahari (en.wikipedia.org).

  5. Permukaan Geologis:

    • Permukaan Merkurius penuh kawah, mirip Bulan, dengan cekungan Caloris Planitia (diameter 1.550 km) sebagai fitur utama (britannica.com).

    • Ditemukan punggungan akibat pendinginan inti, menunjukkan planet menyusut (science.nasa.gov).

    • Warna permukaan abu-abu kecokelatan, dengan “sinar kawah” cerah dari material yang dilemparkan saat tabrakan (science.nasa.gov).

  6. Asal Karbon Purba:

    • Studi 2016 menemukan karbon di permukaan, kemungkinan dari kerak asli Merkurius, menolak hipotesis asal komet (space.com).

Tantangan Eksplorasi Merkurius

Menurut esa.int dan planetary.org, eksplorasi Merkurius menghadapi hambatan:

  • Jarak dan Kecepatan: Dibutuhkan energi lebih besar untuk mencapai Merkurius dibandingkan Pluto karena gravitasi Matahari (planetary.org).

  • Orbit Sulit: Tanpa atmosfer, aerobraking tidak mungkin, membutuhkan bahan bakar besar untuk orbit (en.wikipedia.org).

  • Radiasi dan Panas: Wahana harus tahan suhu hingga 430°C dan radiasi intens (nasa.gov).

  • Observasi dari Bumi: Merkurius sulit diamati karena kedekatannya dengan Matahari, bahkan Hubble tidak dapat mengamatinya (esa.int).

Relevansi pada Mei 2025

Pada Mei 2025, Merkurius tetap menjadi fokus ilmiah karena misteri asal-usulnya dan relevansinya untuk memahami pembentukan tata surya (planetary.org). BepiColombo, yang dijadwalkan orbit pada Desember 2025, diharapkan memberikan data baru tentang magnetosfer dan komposisi permukaan (esa.int). Postingan di X dari @SpaceExplorers menunjukkan antusiasme publik terhadap misi ini, dengan harapan penemuan tentang es air dan inti planet (post:1). Penemuan Merkurius juga relevan untuk studi eksoplanet yang mengorbit dekat bintang (planetary.org).

Masa Depan Eksplorasi

Rusia mengusulkan misi pendarat Mercury-P, dan Applied Physics Laboratory mengajukan Mercury Lander untuk 2035 (en.wikipedia.org). Pendaratan sulit karena kurangnya atmosfer dan kebutuhan bahan bakar besar, tetapi teknologi masa depan mungkin memungkinkan (planetary.org).

Kesimpulan

Tidak ada manusia yang pernah sampai ke Merkurius karena kondisi ekstremnya, tetapi misi Mariner 10 dan MESSENGER telah mengungkap dunia yang mengejutkan dengan inti besi besar, es air di kutub, medan magnet lemah, dan eksosfer dinamis. Penemuan ini, dari cekungan Caloris hingga karbon purba, menantang asumsi awal tentang planet kecil ini. BepiColombo, yang akan orbit pada Desember 2025, diharapkan memperdalam pemahaman kita. Seperti dikatakan oleh ilmuwan planet Sean Solomon, “Merkurius adalah kunci untuk memahami bagaimana planet berbatu terbentuk” (smithsonianmag.com). Dengan tantangan teknis yang luar biasa dan penemuan yang mengubah paradigma, eksplorasi Merkurius tetap menjadi tonggak penting dalam ilmu antariksa.

 

BACA JUGA: Panduan Lengkap Travelling ke Negara Palau: Petualangan di Surga Pasifik

BACA JUGA: Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Penduduk Negara Palau: Keberlanjutan di Kepulauan Pasifik

BACA JUGA: Seni dan Tradisi Negara Palau: Warisan Budaya Mikronesia yang Kaya