ucebidmaster.com, 05 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Misi Apollo 17, yang diluncurkan pada 7 Desember 1972, adalah misi berawak terakhir NASA ke Bulan dan menandai puncak program Apollo yang ambisius. Misi ini tidak hanya mencatat sejarah sebagai penutup eksplorasi Bulan manusia pada abad ke-20, tetapi juga melibatkan dua astronot ikonik: Eugene Cernan, manusia terakhir yang berjalan di Bulan, dan Harrison Schmitt, satu-satunya ilmuwan geologis profesional yang pernah menginjakkan kaki di permukaan Bulan. Artikel ini mengulas secara mendalam Misi Apollo 17, termasuk latar belakang, tujuan, pelaksanaan, pencapaian ilmiah, peran Cernan dan Schmitt, serta warisan misi ini, berdasarkan informasi resmi dari NASA dan sumber terpercaya lainnya.
Latar Belakang Misi Apollo 17
Konteks Program Apollo
Program Apollo, yang dimulai pada 1961 atas perintah Presiden John F. Kennedy, bertujuan mendaratkan manusia di Bulan sebelum akhir dekade 1960-an sebagai respons terhadap persaingan luar angkasa dengan Uni Soviet selama Perang Dingin. Apollo 11 mencapai tonggak sejarah pada Juli 1969 dengan pendaratan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin di Bulan. Namun, setelah kesuksesan Apollo 11, NASA menghadapi tekanan anggaran dan perubahan prioritas politik, yang menyebabkan pembatalan misi Apollo 18, 19, dan 20. Apollo 17, yang awalnya direncanakan sebagai salah satu dari beberapa misi tambahan, menjadi misi berawak terakhir ke Bulan karena pemotongan anggaran dan fokus baru pada proyek seperti Skylab dan Space Shuttle.
Tujuan Misi Apollo 17
Apollo 17 dirancang untuk memaksimalkan hasil ilmiah dengan fokus pada penelitian geologi Bulan. Tujuan utama misi ini meliputi:
-
Eksplorasi Geologi: Mengumpulkan sampel batuan dan tanah dari wilayah Taurus-Littrow, sebuah lembah di tepi timur Mare Serenitatis, yang dipilih karena keragaman geologisnya, termasuk pegunungan tinggi, dataran rendah, dan kemungkinan aktivitas vulkanik kuno.
-
Eksperimen Ilmiah: Menempatkan dan mengoperasikan instrumen Apollo Lunar Surface Experiments Package (ALSEP) untuk mengukur aktivitas seismik, panas internal Bulan, dan komposisi atmosfer.
-
Pengembangan Teknologi: Menguji peralatan baru, seperti Lunar Roving Vehicle (LRV) yang ditingkatkan, untuk mendukung eksplorasi jarak jauh.
-
Dokumentasi Visual: Mengambil foto dan video definisi tinggi untuk studi ilmiah dan edukasi publik.
Misi ini juga bertujuan memanfaatkan keahlian Harrison Schmitt sebagai geologis profesional untuk memahami asal-usul Bulan dan sejarah geologisnya.
Pelaksanaan Misi Apollo 17
Kru dan Peran
Misi Apollo 17 melibatkan tiga astronot dengan peran spesifik:
-
Eugene A. Cernan (Komandan): Seorang astronot veteran yang sebelumnya terbang dalam misi Gemini 9A dan Apollo 10. Cernan bertanggung jawab atas kepemimpinan misi, navigasi, dan operasi di permukaan Bulan. Ia menjadi manusia terakhir yang meninggalkan permukaan Bulan pada 14 Desember 1972.
-
Harrison H. Schmitt (Pilot Modul Bulan): Seorang geologis profesional dengan gelar Ph.D. dari Harvard University, Schmitt adalah ilmuwan pertama yang terbang ke Bulan. Ia berfokus pada pengumpulan sampel geologi dan analisis langsung di lapangan.
-
Ronald E. Evans (Pilot Modul Komando): Bertugas mengorbit Bulan di dalam Modul Komando America sambil melakukan observasi ilmiah dan fotografi dari orbit.
Kronologi Misi
-
Peluncuran: Apollo 17 diluncurkan pada 7 Desember 1972 pukul 00:33 EST (05:33 UTC) dari Kennedy Space Center, Florida, menggunakan roket Saturn V (SA-512). Peluncuran ini adalah yang pertama dilakukan pada malam hari, menciptakan pemandangan spektakuler yang disaksikan oleh lebih dari 500.000 orang. Namun, peluncuran tertunda selama 2 jam 40 menit karena masalah teknis pada sistem penghitungan mundur otomatis.
-
Perjalanan ke Bulan: Perjalanan ke Bulan memakan waktu sekitar 3 hari, dengan Modul Komando dan Servis (CSM) America dan Modul Bulan (LM) Challenger memasuki orbit Bulan pada 10 Desember 1972.
-
Pendaratan: Pada 11 Desember 1972, Cernan dan Schmitt mendarat di lembah Taurus-Littrow menggunakan LM Challenger. Lokasi pendaratan dipilih karena memiliki fitur geologis beragam, termasuk Bukit Sculptured, kawah Shorty, dan dataran lava basal.
-
Aktivitas di Permukaan Bulan: Kru melakukan tiga kegiatan Extravehicular Activity (EVA) selama 3 hari (11-14 Desember 1972), dengan total durasi 22 jam 2 menit—rekor terlama di permukaan Bulan pada masa itu. Mereka menjelajahi permukaan menggunakan Lunar Roving Vehicle (LRV), menempuh jarak 35,9 km, dan mengumpulkan 110,4 kg sampel batuan dan tanah.
-
Eksperimen Ilmiah: Kru menempatkan ALSEP, yang mencakup seismometer pasif, detektor sinar kosmik, dan pengukur aliran panas. Schmitt juga melakukan pengamatan geologi langsung, termasuk penemuan tanah oranye di kawah Shorty, yang menunjukkan kemungkinan aktivitas vulkanik kuno.
-
Kembali ke Bumi: Pada 14 Desember 1972, Cernan dan Schmitt meninggalkan Bulan, dengan Cernan sebagai orang terakhir yang melangkah dari permukaan, mengucapkan kata-kata terkenal: “We leave as we came, and, God willing, as we shall return, with peace and hope for all mankind.” Modul Komando America kembali ke Bumi dan mendarat di Samudra Pasifik pada 19 Desember 1972, dijemput oleh kapal USS Ticonderoga.
Pencapaian Ilmiah
Apollo 17 adalah misi Apollo paling produktif secara ilmiah, dengan beberapa pencapaian utama:
-
Pengumpulan Sampel: Kru mengumpulkan 110,4 kg sampel batuan, termasuk basal tua, batuan anorthosit, dan tanah oranye di kawah Shorty yang mengindikasikan aktivitas vulkanik sekitar 3,7 miliar tahun lalu. Sampel ini membantu memahami sejarah geologis Bulan.
-
Penemuan Geologi: Schmitt, dengan keahlian geologinya, mengidentifikasi fitur geologis seperti longsoran di Bukit South Massif dan struktur vulkanik di kawah Shorty, memberikan wawasan baru tentang pembentukan Bulan.
-
Data ALSEP: Instrumen ALSEP mengumpulkan data selama beberapa tahun setelah misi, termasuk aktivitas seismik dan panas internal Bulan, yang masih digunakan untuk penelitian hingga hari ini.
-
Fotografi dan Observasi: Evans, dari orbit, mengambil foto definisi tinggi menggunakan Scientific Instrument Module (SIM) di Modul Servis, menghasilkan peta topografi dan spektral dari permukaan Bulan.
Peran Eugene Cernan: Manusia Terakhir di Bulan
Latar Belakang
Eugene Andrew Cernan (14 Maret 1934 – 16 Januari 2017) adalah seorang astronot, pilot angkatan laut, dan insinyur penerbangan Amerika. Lahir di Chicago, Illinois, Cernan lulus dari Purdue University dengan gelar di bidang teknik elektro dan bergabung dengan Angkatan Laut AS sebelum dipilih sebagai astronot NASA pada 1963. Sebelum Apollo 17, ia terlibat dalam misi Gemini 9A (1966) dan Apollo 10 (1969), yang merupakan latihan pendaratan Bulan tanpa mendarat.
Kontribusi dalam Apollo 17
Sebagai komandan Apollo 17, Cernan memimpin misi dengan fokus pada efisiensi dan keselamatan. Ia mengemudikan Modul Bulan Challenger untuk pendaratan presisi di Taurus-Littrow, sebuah prestasi teknis yang menantang karena medan yang berbukit. Selama tiga EVA, Cernan dan Schmitt bekerja sama untuk menjelajahi lokasi seperti kawah Van Serg dan Nansen, menggunakan LRV untuk menjangkau area yang jauh dari lokasi pendaratan.
Cernan juga meninggalkan jejak simbolis di Bulan. Sebelum meninggalkan permukaan, ia menulis inisial putrinya, Tracy (“TDC“), di tanah Bulan, sebuah tindakan pribadi yang mencerminkan sisi manusiawi misi tersebut. Kata-kata terakhirnya di Bulan menegaskan harapan bahwa manusia akan kembali ke Bulan di masa depan, sebuah visi yang kini diwujudkan melalui program Artemis NASA.
Warisan
Cernan dikenang sebagai “manusia terakhir di Bulan,” sebuah gelar yang ia pegang dengan rasa tanggung jawab. Setelah Apollo 17, ia pensiun dari NASA pada 1976 dan aktif dalam mempromosikan eksplorasi luar angkasa melalui buku otobiografinya, The Last Man on the Moon (1999), dan berbagai ceramah publik. Hingga kematiannya pada 2017, Cernan terus mengadvokasi kembalinya manusia ke Bulan dan eksplorasi Mars.
Peran Harrison Schmitt: Ilmuwan Geologis di Bulan
Latar Belakang
Harrison Hagan “Jack” Schmitt (lahir 3 Juli 1935) adalah seorang geologis, astronot, dan senator Amerika. Lulus dengan Ph.D. dari Harvard University pada 1964, Schmitt memiliki keahlian dalam geologi planet dan bekerja sebagai peneliti di US Geological Survey sebelum bergabung dengan NASA pada 1965. Ia dipilih sebagai bagian dari kelompok astronot-ilmuwan pertama NASA, yang bertujuan membawa perspektif ilmiah ke misi Apollo.
Kontribusi dalam Apollo 17
Sebagai satu-satunya ilmuwan geologis profesional yang berjalan di Bulan, Schmitt membawa pendekatan ilmiah yang mendalam ke misi Apollo 17. Ia dilatih untuk mengenali fitur geologis penting dan memilih sampel batuan yang relevan secara ilmiah. Beberapa kontribusi utamanya meliputi:
-
Penemuan Tanah Oranye: Di kawah Shorty, Schmitt menemukan tanah berwarna oranye, yang kemudian diidentifikasi sebagai butir vulkanik kuno yang kaya akan titanium. Penemuan ini menjadi salah satu sorotan ilmiah misi, menunjukkan bukti aktivitas vulkanik di Bulan.
-
Analisis Lapangan: Schmitt menggunakan keahliannya untuk mengidentifikasi jenis batuan seperti basal dan breksi, serta mendokumentasikan fitur geologis seperti longsoran dan struktur lapisan di Taurus-Littrow.
-
Penggunaan LRV: Schmitt membantu merencanakan rute eksplorasi dengan LRV, memastikan kru mengunjungi situs geologis penting dalam waktu yang terbatas.
Schmitt juga dikenal karena antusiasmenya selama EVA, sering kali menggambarkan pengamatan geologisnya dengan detail yang membuat komunikasi dengan pusat kendali di Houston penuh dengan wawasan ilmiah. Namun, ia juga menghadapi tantangan, seperti kesulitan bergerak dengan pakaian antariksa yang kaku, yang menyebabkan beberapa momen lucu, seperti ketika ia terjatuh di permukaan Bulan.
Warisan
Setelah Apollo 17, Schmitt meninggalkan NASA pada 1975 dan terpilih sebagai senator AS dari New Mexico (1977-1983), di mana ia mengadvokasi kebijakan energi dan eksplorasi luar angkasa. Ia terus berkontribusi pada ilmu pengetahuan planet melalui penelitian dan tulisan, termasuk buku Return to the Moon (2006), yang mendorong eksploitasi s holyoke sumber daya Bulan seperti helium-3 untuk energi masa depan. Sebagai satu-satunya ilmuwan yang berjalan di Bulan, Schmitt menjadi simbol integrasi ilmu pengetahuan dan eksplorasi luar angkasa.
Tantangan dan Risiko Misi
Misi Apollo 17 menghadapi beberapa tantangan teknis dan operasional:
-
Peluncuran Malam Hari: Peluncuran malam hari meningkatkan risiko visibilitas dan keselamatan, tetapi berhasil dilakukan dengan bantuan sistem pencahayaan canggih.
-
Medan Taurus-Littrow: Lembah ini memiliki bukit curam dan kawah yang menantang navigasi LM dan LRV. Cernan dan Schmitt harus berhati-hati untuk menghindari kerusakan peralatan.
-
Durasi EVA yang Panjang: Tiga EVA dengan total 22 jam menuntut stamina fisik yang besar, terutama dengan pakaian antariksa yang berat dan terbatasnya oksigen.
-
Tekanan Politik: Dengan pembatalan misi Apollo berikutnya, kru merasa tekanan untuk memaksimalkan hasil ilmiah sebagai penutup program Apollo.
Meskipun menghadapi risiko ini, misi berjalan dengan sukses berkat pelatihan intensif kru dan keandalan teknologi Apollo.
Warisan dan Dampak Apollo 17
Apollo 17 meninggalkan warisan yang signifikan dalam sejarah eksplorasi luar angkasa:
-
Pencapaian Ilmiah: Sampel batuan dan data ALSEP dari Apollo 17 terus digunakan dalam penelitian geologi Bulan, membantu memahami asal-usul Bulan dan evolusi tata surya.
-
Simbol Akhir Era: Sebagai misi berawak terakhir ke Bulan hingga saat ini (2025), Apollo 17 menandai akhir dari era eksplorasi Bulan awal dan mengalihkan fokus NASA ke misi orbit rendah Bumi.
-
Inspirasi untuk Masa Depan: Kata-kata Cernan tentang kembalinya manusia ke Bulan menginspirasi program Artemis, yang bertujuan mendaratkan astronot kembali ke Bulan pada akhir 2020-an.
-
Kontribusi Ilmuwan: Kehadiran Schmitt sebagai geologis menunjukkan pentingnya melibatkan ilmuwan dalam misi luar angkasa, membuka jalan bagi pendekatan interdisipliner dalam eksplorasi.
Kesimpulan
Misi Apollo 17, yang berlangsung pada Desember 1972, adalah puncak dari program Apollo dan misi berawak terakhir ke Bulan hingga saat ini. Dipimpin oleh Eugene Cernan, manusia terakhir yang berjalan di Bulan, dan Harrison Schmitt, satu-satunya ilmuwan geologis profesional yang menginjakkan kaki di permukaan Bulan, misi ini mencapai hasil ilmiah yang luar biasa melalui eksplorasi Taurus-Littrow, pengumpulan 110,4 kg sampel batuan, dan penempatan instrumen ALSEP. Meskipun menghadapi tantangan teknis dan tekanan politik, Apollo 17 berhasil menutup era eksplorasi Bulan dengan catatan gemilang, meninggalkan warisan ilmiah dan inspirasi untuk generasi mendatang. Dengan program Artemis yang kini sedang berlangsung, semangat Apollo 17—seperti yang diungkapkan oleh Cernan—tetap hidup dalam harapan bahwa manusia akan kembali ke Bulan dengan “kedamaian dan harapan untuk seluruh umat manusia.”
BACA JUGA: Masalah Sosial di Indonesia pada Tahun 1900-an: Dampak Kolonialisme dan Kebangkitan Kesadaran Sosial
BACA JUGA: Perkembangan Teknologi Militer Portugal: Dari Era Penjelajahan hingga Abad Modern